"Ingin mengenal dunia? Baca! Ingin dikenal dunia? Nulis!"

"Welcome to Dunia Zulfhania".

Wednesday, October 24, 2012

Lukaku (Songfict)



Sebenarnya ku tak pernah ada rasa cinta

Aku tak mengerti

Seolah kau beri harapan yang pasti

Membuatku dengan penuh keindahan


* * *


Jatuh cinta itu sederhana.


Yaitu ketika aku bertemu denganmu dan hatiku terasa penuh hingga berdebar-debar.


Itulah cinta bagiku.


"Flo yang baik. Flo yang dermawan. Flo yang lugu. Flo yang unik. Flo yang shalihah. Flo yang cerdas. Flo yang cantik. Flo yang selalu tersenyum. Flo yang sempurna."


"Cukup. Itu menggelikan!"



Aku dan dia tertawa. Dia meniup serbuk-serbuk penghapus di lembar sketsanya. Serbukan penghapus itu terbang menuju arahku, tertiup oleh semilir angin sore.


"Sempurna!" decaknya puas.


Dia mengangkat lembar sketsanya. Menatapnya puas dengan senyuman yang sungguh membuatnya tampak lebih keren dari biasanya.


"Coba lihat!" seruku.


Dia membalikkan lembar sketsanya. Dan kini aku dapat melihat gambar diriku sendiri di lembar sketsa tersebut. Garis demi garis yang tergambar di lembar sketsa tersebut, aku menyukainya. Sentuhan arsiran-arsiran lembut yang terhias di lembar sketsa tersebut, aku menyukainya. Aku menyukai semua yang dia gambar pada lembar sketsanya. Termasuk gambarnya hari ini. Gambar diriku sendiri.


"Sempurna!" Aku mengacungkan jempol untuknya.


Dia tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku suka melihat dia tersenyum seperti itu.


"Sudah kubilang, Flo itu sempurna." katanya.


Aku menahan senyum. "Maaf, kuralat, lukisanmu yang selalu sempurna."


"Yang kulukis hari ini adalah dirimu. Berarti kamu pun sempurna, Flo!"


Dia ini... Aku kembali menahan senyum.


* * *


Aku dan dia menyukai kopi. Aku suka cappucino. Dia suka kopi tiwus.


"Kamu mau tahu nggak, Flo?" Dia bertanya ketika kami berdua sama-sama sedang meminum minuman kesukaan masing-masing.


"Tahu apa?"


"Tentang cappucino." Dia berkata dengan menggebu-gebu sambil menahan senyum, seolah tak sabar ingin memberitahuku sesuatu yang dia tahu, sementara aku tidak tahu.


Mataku membulat. "Apa itu?"


"Cappucino itu kan kopi yang paling genit."


Aku mengernyit. "Kenapa begitu?"


"Karena cappucino diperuntukkan untuk orang yang menyukai kelembutan sekaligus keindahan. Dan orang itu adalah Flo."


Dia tertawa kecil. Aku hanya menahan senyum sambil menyedot cappucino di atas meja.


"Kalau kopi tiwus?" tanyaku setelah tawanya mereda.


"Yakin mau tahu?" godanya.


Aku mengangguk mantap.


Dia berdeham sebelum mulai berfilosofi. "Menurut buku yang kubaca, kopi tiwus itu membuat kita lebih terasa segar, sabar, tenang dan tentram. Ah, satu lagi..." pekiknya.


"Apa?"


"Bikin kangen." katanya. "Jadi, kalo kamu kangen sama aku, minum kopi tiwus aja ya." Dia nyengir.


Aku melotot. "Mau banget ya aku kangen sama kamu?"


"Mau bangetlah!" desahnya puas sambil tersenyum lebar.


Kopi tiwus miliknya sudah habis. Tapi masih ada segelas cappucino di atas meja. Milikku.


* * *


Yang warna hitam bernama Beno.


"Meong!"


Si putih adalah Kimmi.


"Flow hamil. Sebentar lagi melahirkan. Makanya aku kandangin aja."


Yang unik adalah si abu-abu, namanya Flow. Kucing yang paling dia sayangi.


Katanya, sejarah dinamai Flow adalah karena kucing itu ditemukan di dekat rumahku. Agar tidak menghilangkan ingatan dimana pertama kali dia bertemu kucing itu, makanya diberinama Flow, seperti namaku, Flo.


"Kalau sudah lahir nanti, kamu mau pelihara anaknya nggak?" tanyanya.


Aku merengut sebal. "Sudah kubilang aku punya hamster."


Dia tertawa, lagi-lagi memperlihatkan deretan giginya yang putih.


"Kalau sudah lahir nanti, aku ingin beri nama anaknya Rynn." katanya.


Aku makin merengut. "Jangan bilang diambil dari namaku lagi! Sekalian aja kalo anaknya kembar, yang satu lagi dikasih nama Nna. Lengkap deh, keluarga Flow-Rynn-Nna." tuturku sebal.


Lagi-lagi dia tertawa.


"Jangan samakan aku dengan kucing!" kataku galak.


Dan dia masih tertawa. Sama sekali tidak memberi maaf.


Tapi kemudian aku malah tersenyum. Seperti itulah dia. Selalu tertawa.


Aku suka tawanya.


* * *



Tanpa disadari cinta itu hadir

Dan aku tak sanggup menghindari

Kau berikan aku kesejukan

Yang tak pernah aku rasakan sebelumnya


* * *


Jatuh cinta itu sederhana.


Yaitu kamu.


"Hari ini aku nggak bisa jemput kamu."


Aku memindahkan ponsel ke telinga kiriku sambil mendesah. "Kenapa?"


"Rapat mading."


Aku menutup telepon beberapa menit kemudian. Setelah kusimpan di dalam tas tangan, aku menghempaskan tubuhku di atas bangku panjang di taman sekolah.


Tiga bulan sudah lewat semenjak aku kenal dia. Dia yang sederhana. Dia yang baik. Dia yang apa adanya. Dan, dia yang menyenangkan. Aku menyukai semua sifatnya. Terlebih ketika aku melihat dia duduk di atas motor merahnya dan membunyikan klakson saat aku keluar gerbang sekolah. Aku suka ketika dia menjemputku ke sekolah. Aku suka mendengar suara klakson motornya yang terdengar begitu damai. Aku suka.


Tiga bulan berturut-turut semenjak aku mengenalnya, dia selalu menjemputku. Dia selalu hadir bersama motor merahnya dan menungguku di depan gerbang sekolah. Dan kami berdua selalu pulang bersama. Tapi hari ini, dia tidak menjemputku.


Semilir angin menampar keras wajahku. Aku merasa telah disadarkan oleh semilir angin tersebut, bahwa aku merasa ada yang hilang. Benar, ada yang hilang hari ini. Ada yang kurang hari ini. Tanpa berpikir pun aku tahu jawabannya.


Ini pertama kalinya dia tidak menjemputku. Dan aku merasa kehilangan. Aku merasa ada yang berbeda. Seperti ada yang kurang di dalam hati ini. Tidak terasa penuh seperti biasanya. Tidak berdebar-debar seperti biasanya. Aku benar-benar merasa kehilangan.


Aku bangkit dari dudukku. Kakiku melangkah menuju koridor. Menelusuri sepanjang koridor hingga akhirnya tiba di pintu gerbang.


Tidak ada motor merah disana...


Hari ini, untuk pertama kalinya setelah melewati tiga bulan, kakiku melangkah sendirian meninggalkan sekolah.


* * *


Aku tak pernah tahu pasti sejak kapan hatiku selalu berdebar-debar setiap bertemu dengannya. Aku tak pernah tahu pasti sejak kapan aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Aku tidak tahu.


Salah satu temanku bilang, aku sedang merasakan cinta. Cinta yang tanpa definisi untuk dia, seorang lelaki yang telah berhasil mencuri hatiku.


Aku tidak mengerti. Aku memang selalu merasa nyaman berada di dekatnya. Bahkan aku suka ketika memiliki waktu bersama dia. Aku suka ketika dia menyebut nama kecilku. Dia mampu membuatku tersenyum. Dia mampu membuat hatiku damai dan sejuk. Dia mampu membuatku merasa lebih baik.


Mungkin memang benar, aku telah jatuh cinta padanya.


* * *



Tapi ternyata kau ada yang memiliki

Sungguh kau buatku kecewa


Aku terluka melihatmu dengannya

Sungguh ku ingin kau menyadari



* * *



Bagaimana harapan palsu itu?


Apakah itu kamu?


"Akhir-akhir ini kamu sering sibuk." kataku sebelum menyedot cappucino di atas meja.


Dia menoleh sesaat ke arahku. Kemudian dia kembali fokus pada lembar sketsanya.


"Sebentar lagi pergantian pengurus mading, Flo." Dia menoleh kembali ke arahku, lalu kembali lagi fokus pada lembar sketsanya.


Aku hanya bergumam sambil mengangguk. Aku paham. Aku mengerti.


Tiba-tiba dia meletakkan pensilnya di atas meja dan memandang ke arahku. Matanya berbinar. "Flo, perempuan lebih suka dikasih coklat atau bunga?"


Hatiku berdebar-debar. Coklat atau bunga? Aku suka yang mana? Aku suka dua-duanya. Tapi... ah, dia hanya bertanya apa yang disukai perempuan antara coklat dan bunga. Bukan bertanya apa yang disukai oleh aku di antara kedua barang tersebut.


"Kebanyakan perempuan lebih suka bunga." kataku.


"Kamu sendiri suka bunga apa?"


Hatiku semakin berdebar. Dengan tangan yang bergemetar, aku menekan telapak tanganku ke dada. Hatiku sudah terasa penuh hari ini.


"Aku... suka anggrek." jawabku gugup.


"Kenapa anggrek? Bukannya perempuan lebih suka mawar?"


"Nggak semua perempuan menyukai mawar. Bagiku, anggrek itu indah. Seindah warnanya." Aku menyedot cappucino lagi.


"Ah, benar. Kamu suka warna ungu." katanya puas.


Setelah itu hening di antara kami berdua, larut dalam pikirannya masing-masing.


Apa yang akan dia lakukan pada semua barang-barang yang disebutkannya tadi? Apakah dia ingin membuat kejutan untuk perempuan? Siapa? Aku-kah orangnya?


* * *



Dua hari kemudian, jawaban atas pertanyaanku terjawab.



Layar komputer masih memunculkan halaman situs jejaring sosial. Pada update terbarumu, aku menemukan  deretan kalimat. Kalimat yang singkat dan sederhana, namun cukup membuat hatiku patah di beberapa bagian.


HAPPY 1ST YEAR ANNIVERSARY, FELLY!! @FellyNatica :D{}:*


Felly? Siapa perempuan itu? Pacar dia-kah?


Sungguh, pertanyaan bodoh. Dia mengucapkan 'happy anniv' pada seorang perempuan, tentu saja itu pacarnya. Tapi kenapa aku baru mengetahuinya?


Apakah selama tiga bulan ini aku telah dibohongi olehnya?


* * *


Sehari kemudian, aku tak sengaja bertemu dengan dia di salah satu kafe dekat sekolah. Dia memekik senang, sementara aku tidak. Karena ada seorang perempuan yang berdiri di sebelahnya.


Perempuan itu cantik, aku akui. Matanya bulat dan indah. Alisnya tebal dan hidungnya mancung. Bibirnya tipis dan seksi. Rambutnya panjang bergelombang dengan warna hitam kecoklatan. Tingginya semampai. Dan dia terlihat sempurna.


"Flo, apa yang kamu lakukan disini?" tegurnya.


Aku memalingkan wajahku. Dia terlihat bahagia.


"Aku lapar." jawabku singkat.


"Kita bisa makan bersama. Sekaligus ada yang ingin aku bicarakan."


Jangan bilang tentang perempuan itu! teriakku dalam hati.


Akhirnya, disinilah aku sekarang. Duduk di hadapan dia dan pacarnya.


"Dia, Felly. Kita baru saja satu tahun kemarin." katanya dengan senyum yang lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih yang dulu pernah memikat hatiku, yang dulu mampu membuat hatiku bergetar dan berdebar. Dan hingga saat ini, hatiku masih melakukan hal tersebut.


Aku tersenyum menggodanya, pura-pura. "Wah! Sejak kapan kamu punya pacar? Kamu nggak pernah cerita?"


Dia tertawa. Perempuan di sebelahnya menahan senyum malu. Sementara aku, hatiku menangis.


" Karena tidak ada yang perlu diceritakan tentangnya." jawabnya singkat.


"Kamu sangat pintar menyimpan rahasia." Aku mendengus, marah.


Dia kembali tertawa. "Felly baru datang dari Prancis pagi ini. Delapan bulan kita tidak bertemu. Demi merayakan anniv kita yang pertama, Felly pulang ke Indonesia."


Dan tiga bulan lalu kamu mendekatiku, apa maksudnya itu? teriakku dalam hati.


"Aku ingin ke kamar mandi. Sebentar ya." Felly pamit.


"Biar aku temani. Flo, sebentar ya!" Dan dia pergi menyusul Felly. Kemudian berjalan beriringan menuju kamar mandi.


Beberapa menit kemudian, mereka keluar sambil berpegangan tangan. Dan, hatiku menangis saat itu juga. Sakit. Hatiku terluka.


* * *



Ingin aku untuk melupakan bayanganmu

Berhenti untuk mengejarmu



* * *


Cinta itu menyakitkan


Ketika kamu memasuki hidupku dan meninggalkanku hidupku secara tiba-tiba


Aku kecewa. Sungguh.


Dia. Aku menyayangi dia. Aku menyukai dia.


Dia yang sederhana. Dia yang baik. Dia yang apa adanya. Dan, dia yang menyenangkan.


Tapi apa yang dia lakukan? Setelah memberikan segalanya yang mampu membuat hatiku terasa penuh hingga berdebar-debar, dia pergi begitu saja dari hidupku. Dan ketika kembali, dia datang dengan membawa seorang perempuan yang adalah pacarnya.


Dia bukan pemberi harapan palsu. Dia bukan yang seperti itu. Aku percaya dia tidak begitu. Tapi, dia...


Mungkin memang hanya aku yang terlalu sayang, tetapi dia tidak.


* * *


Sungguh ku ingin memilikimu...


* * *


"Flo!"


Aku berhenti melangkah.


"Flo, tunggu!"


Aku memutar tubuhku. Dan dia telah berdiri disana.


"Kenapa akhir-akhir ini kamu menjauh?" tanya dia.


"Aku nggak menjauh."


"Kamu menjauh, Flo."


Aku terdiam sejenak. Setelah beberapa saat berpikir, aku mengangguk.


"Kenapa? Aku salah?" Dia bertanya.


Melihat dia bertanya seperti itu, hatiku menangis. Hatiku terluka. Dia tidak menyadarinya.


"Nggak." Aku menggeleng. "Kamu nggak salah. Nggak ada yang salah."


"Terus kenapa kamu menjauh?"


Karena aku ingin melupakanmu. Karena aku ingin berhenti mengejarmu. Karena kamu sudah memiliki Felly.


"Kenapa kamu sendiri? Mana Felly?"


Dia mendesah. "Felly sudah kembali ke Prancis."


Felly pergi dan kamu kembali mendekatiku? Jadi, aku hanya pelampiasan.


Aku menghela napas kecewa.


"Kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa kamu menjauh?"



"Karena aku sudah cukup terluka." kataku, kemudian balik badan.


Kini, hanya punggungku yang memandang ke arahnya. Dan itu pun semakin menjauh.


Hari ini, aku bangkit. Aku menata hatiku kembali. Aku menata hidupku kembali. Aku ingin menyembuhkan hatiku yang sudah terlanjur terluka karena dia.


* * *

Zulfhania.

No comments:

Post a Comment