"Ingin mengenal dunia? Baca! Ingin dikenal dunia? Nulis!"

"Welcome to Dunia Zulfhania".

Saturday, November 26, 2011

D I A

 Seperti inikah seharusnya cinta?
(a novel by Nonier)

KADANG, kita mencintai seseorang
begitu rupa sampai tidak menyisakan
tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa
untuk sekadar bertanya,
inikah sebenarnya cinta?

®™∞∞∞™®

Seperti itulah dia. Diam-diam mencintai lelaki itu dengan sangat dan menyimpan sakit tak berperi saat harus mendatangi pertunangannya dengan perempuan lain. Sedikit pun dia tak berniat menyesali atau berhenti mencintai lelaki itu.

Bukankah memang begitu cinta seharusnya?
memberikan senyum untuk dia yang kita cinta meski diam-diam menumpuk sedih sangat banyak di dalam hati. Dia yakin, seperti itulah cinta.

Namun, saat semua berbalas,
keraguan justru menjelma.
Seperti inikah cinta yang selama ini dia tunggu?


Serius deh, lu harus baca novel ini. Selami berbagai kisah Denia dalam memperjuangkan cintanya pada Janu, lelaki yang sangat dicintainya. Dimana ia harus menahan sakit dan perih. Dimana ia harus mencoba tegar di hadapan kedua sejoli yang sebentar lagi akan bertunangan. Dan dimana ia harus menghadapi berbagai macam kejahilan dari Saka, lelaki yang ternyata menyadari bahwa Denia mencintai masnya sendiri. Pokoknya lu bakal terbawa dalam kisah Denia yang begitu mengharukan ini. Baca!!! Jangan sampe lu nyesel gak baca novel ini!!

Senja Itu di Perth (Bisma's Stroy) #3

Bisma menarik kopernya keluar dari bandara, sementara sebelah tangannya memegang ponsel yang ditempelkan di telinga. Sepanjang perjalanannya menuju luar bandara, ia terus mengoceh berbicara dengan seseorang di sebrang ponsel sana.

“Gue lagi jalan ke luar bandara. Lo dimana? Cepetan deh Ga!” katanya sambil terus berjalan menarik koper. “Ya ampun Ga. Pake mogok segala sih mobil lo. Terus ini gue gimana? Duit gue kurang buat naik taksi ke apartemen lo.”

Bisma berlalu melewati salah satu kafe dalam bandara tersebut. Sesaat setelahnya ia berhenti. Setelah berpikir cukup lama, ia memutar tubuhnya memasuki kafe tersebut.

“Ya udah gue tunggu di kafe dalam bandara. Cepetan!” Bisma menututp flap ponselnya dan memasukkan ke saku jasnya. Ia berjalan memilih salah satu meja yang kosong dekat jendela kaca di kafe sana.

Bisma melepas jasnya dan menyampirkannya di bangku yang ia pilih. Ia duduk disana setelah memesan secangkir kopi hangat. Ia mendesah panjang dan menyenderkan punggungnya di bangku yang ia duduki. Pandangannya menerawang ke luar kafe. Ia kini berada di negeri orang.

Friday, November 25, 2011

Kita Untuk Selamanya (Spesial De'Little Kreenz)

Judul: Kita Untuk Selamanya
Main Chara: De'Little Kreenz, Alend, Anthone
Genre: Friendship
Author: Zulfa Azkia

(Terinspirasi dari kisah De'Little Kreenz, dancer cilik jebolan Aksi Anak Bangsa yang disiarkan di RCTI)

Alend memandang secarik kertas di tangannya. Pandangannya lalu dialihkan pada ketujuh bocah di hadapannya yang sedang latihan dance bersama Anthone, rekannya. Sekali lagi ia berpikir sambil mengalihpandangkan dari kertas yang ia pegang ke ketujuh bocah itu. Berkali-kali, hingga ia merasakan pening yang luar biasa pada kepalanya.

            “Lend,”

Sebuah suara lelaki tadi membuyarkan lamunanya, diiringi tepukan hangat di pundak kanannya. Lelaki itu duduk di sebelah Alend, dan melirik kertas yang dipegangnya.

Alend tersadar. Dengan cepat ia melipat kertas di tangannya, dan memasukkan ke saku celananya.

“Hei Thon. Sudah selesai?” tanya Alend sedikit gugup.

Anthone tak langsung menjawab. Ia masih melirik apa yang disembunyikan di saku rekannya itu.

“Apa sih itu?” tanya Anthone kemudian.

“Ah, apaan? Apa yang mana?” Alend balik nanya, masih dengan gugup.

“Yang di sakumu itu. Kertas apa itu?”

“Ah, bukan apa-apa kok. Anak-anak ayooo kita latihaaan lagiii…” Alend langsung mengalihkan pembicaraan dan bangkit dari duduknya sambil tepuk-tepuk tangan mengajak ketujuh bocah di hadapannya yang sedang duduk santai.


B I A R L A H

Judul: Biarlah 
Main Chara: Ray - Acha - Iza - Ify - Satria 
Genre: Sad Romance 
Author: Zulfa Azkia 



Dengan langkah tergesa-gesa, Acha melangkah menelusuri sepanjang koridor. Berkali-kali wajah Iza berkelabut dalam pikirannya. Menguasai otaknya yang kini tengah disibukkan dengan materi kuliah. Namun Acha tak peduli. Ia tetap harus menemui Iza, walaupun ia harus ketinggalan materi kuliah yang akan menentukan kelulusan S1 nya nanti.

“Acha,”

Suara lelaki tadi telah sukses membuat langkah Acha terhenti. Ia membalik, sementara lelaki itu berlari menghampirinya.

“Kamu mau kemana Cha?” Tanya lelaki itu setibanya di hadapan Acha.

“Iza, Ray. Aku harus nemuin dia. Iza kritis lagi,” kata Acha dengan tingkah gelisahnya.

“Tapi Cha, jam sepuluh nanti kita ada presentasi. Tinggal aku dan kamu aja yang belum presentasi. Kita butuh nilai,” kata Ray.

Allah tak menjanjikan langit selalu biru;
bunga selalu mekar;
dan mentari selalu cerah.
Tapi Dia selalu memberi berkah di setiap cobaan;
dan jawaban di setiap doa.

Gue Bukan Reza (Ilham's Story) #2

Sinar matahari yang mulai menguning menyilaukan mata Gita ketika ia menengadahkan kepala melihat siapa yang berdiri di ambang pintu sana. Setelah mengenali wajah lelaki itu, ia kembali memfokuskan pandangan pada kamera di tangannya. Ia membidik sebuah pemandangan di bawah sana dengan kameranya.

“Ngapain lagi kesini?”

Gita menengok sumber suara. Lelaki itu kini telah berdiri di sebelahnya. Gita tak langsung menjawab, ia kembali membidik sebuah gambar di bawah sana.

“Gita, jawab pertanyaan gue! Untuk apa lo kesini lagi?” bentak lelaki itu jengah.

Gita mendengus pelan. Ia menurunkan kameranya dan memandang lelaki di sebelahnya.

“Kenapa? Salah? Gue cuma nyari objek yang bagus buat dipotret. Udahlah Bisma, lo pulang aja sono.” Gita kembali memfokuskan kameranya dan membidik sebuah gambar.

About Love... (Reza's Story) #1

Seandainya masih ada harapan – sekecil apa pun – untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu…

Sebuah lonceng kecil yang terletak di atas pintu berdenting ketika pintu itu terbuka. Reza tak menyadari kehadiran seorang pria dan wanita yang baru saja memasuki kafe tersebut. Selain karena ia duduk memunggungi pintu kafe, ia juga sibuk dengan i-pod dan headset-nya. Hingga akhirnya sebuah tepukan kecil mendarat di pundaknya, membuatnya terlonjak kaget.

“Hei, sudah lama?”

Kontan Reza memutar kepalanya ke sumber suara, dan telah mendapati seorang pria dan wanita berdiri di depan matanya.

“Eh, hai elo ternyata. Ngg, ya lumayanlah,” kata Reza setelah berhasil mengenali wajah pria itu. Ia kembali memutar kepalanya ke arah normal setelah kedua mahluk di depan matanya berpindah ke hadapannya untuk duduk di meja yang sama. “Mungkin lima belas menitanlah. Tapi gapapa, nyante aja.”

“Kapan nyampe ke Jakarta lo Za?” tanya pria itu setelah duduk.

Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan;
dua tangan untuk memegang;
dua telinga untuk mendengar;
dan dua mata untuk melihat.
Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan
sekeping hati pada kita?
Karena Tuhan telah memberikan sekeping hati lagi pada seseorang untuk kita mencarinya.
Itulah cinta.

Ngayal : Mode On

Hari ini kamu boleh tanya apa saja tentang diriku. Aku akan menjawab setiap pertanyaanmu.

+ Punya mantan berapa kak?
-  Baru satu.
+ Siapa? Anak mana?
-  Namanya Mayer. Dulu di stoepa, sama kayak gue. Kalo sekarang sih di YPHB Plus.
+ Emm, terus cewe yang disukai sekarang, ada?
-  Ada.
+ Siapa? Anak mana?
-  Jawabannya simpel. Zulfa Azkia. Anak SMA Negeri 6 Bogor.
+ (Speechless) -_-


keterangan: + => Gue
                   - => Dia

Thursday, November 24, 2011

Bintang

Salahkah bila aku – seorang lelaki berusia tujuh belas tahun – yang sudah meremahkannya berharap pada bintang?

                Aku membawa dua botol minuman hangat di tanganku. Kusodorkan sebotol pada gadis yang duduk di atas rumput tebal di taman ini. Ia menerimanya lalu kembali memandang langit malam di atas sana. Dan disebelahnyalah akhirnya aku duduk.
                “Kamu nunggu apa Fin?” tanyaku padanya.
                “Bintang.”
                “Untuk apa menunggu bintang? Malam ini mendung.”
                “Aku yakin mereka pasti muncul, lagipula aku sudah berdoa, mereka akan bernyanyi dengan kita, tersenyum, dan menyelimuti tubuh kita.”
                Keningku mengerut. Sesaat setelahnya, aku mendecak. “Konyol.”
                Finan hanya tersenyum. Senyum yang penuh dengan arti. Sebuah senyum kepercayaan. Aku mengikuti arah pandangan Finan ke atas langit sana. Memandang langit malam yang menghitam kelam. Keningku kembali mengerut.
                “Aku sudah meminta sesuatu yang sangat berharga pada mereka.” Kata Finan tiba-tiba.
                Aku menolehkan kepalaku, memandang sejenak gadis yang duduk di sebelahku dengan pandangan bertanya.
                “Pandanglah ke langit, kak! Tersenyumlah pada mereka, walau mereka tidak ada disini! Karena hanya dengan itulah aku bisa membayar semua permintaanku pada mereka.”
                “Haruskah aku juga? Aku kan tidak minta apa-apa dari mereka. Lagipula itu konyol, berharap pada bintang?” Aku sewot.

Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur, dan diperlukan. Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirimu tanpa suatu pertimbangan.

Wednesday, November 23, 2011

“Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan; kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati; kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya; dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.”

Menunggu


Tak tahukah kau seperih apa perasaan hati yang tak terbalas?
Menanti sesuatu yang tak kunjung datang?

Tiga bulan aku bertahan
Menanti dirimu
Demi wujudkan sebuah harapan

Aku masih menunggu
Menunggu untuk kau cintai
Namun kau hanya menganggapku lalu
Seperti tak kasat mata aku bagimu

Maafkan aku yang terlalu mencintaimu
Hingga aku tak sanggup lepas darimu
Maafkan aku yang terlalu mencintaimu
Hingga aku tak sanggup mencari cinta yang baru

Bagaimana mungkin aku sanggup melakukannya?
Bila wajahmu selalu hadir dalam mimpiku
Bila semua tentangmu mengikuti
Seperti bayangan menempel di bawah kakiku

Aku berharap mendapatkan jawaban darimu
Namun kau tetap membisu
Membuatku lebih lama menunggu