"Ingin mengenal dunia? Baca! Ingin dikenal dunia? Nulis!"

"Welcome to Dunia Zulfhania".

Saturday, March 9, 2013

CERPEN: Seperti Ada yang Hilang (#1)





Ini adalah sebuah kisah singkat tentang lima sahabat. Dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, mereka meraih mimpi bersama-sama. Dengan segenap keyakinan bahwa mereka akan terus bersama hingga titik darah penghabisan. Mereka akan berbahagia dan bersedih bersama. Saling merangkul dan saling menguatkan satu sama lain. Tapi mereka tak akan pernah lupa bahwa persahabatan tiada yang sempurna.


Ini adalah sebuah kisah singkat tentang lima sahabat. Dimana ada empat orang laki-laki dan seorang perempuan. Dimana ada seorang yang lugu, lebay, berjiwa sosial, berjiwa pemimpin, dan berjiwa kritis. Dimana ada yang memiliki sifat mudah menangis, humoris, bijaksana, tegas, dan keras. Mereka berbeda, tapi mereka bersatu. Menjalin sebuah persahabatan yang dimiliki oleh lima orang. Sebuah persahabatan yang entah kapan dimulai dan kapan akan berakhir.


Ini adalah sebuah kisah singkat tentang lima sahabat. Sebuah kisah singkat tentang aku dan keempat sahabatku pada masa putih abu-abu.


* * *


Masa putih abu-abu tidak selalu berisi hal yang menyenangkan. Masa putih abu-abu tidak selalu berisi hal yang menggairahkan. Masa putih abu-abu pun tidak selalu berisi hal yang berbau semau gue. Bagiku, masa putih abu-abu berisi sebuah kenangan. Kenangan manis dan kenangan pahit. Berisi suka duka, canda dan tawa.


"ACHAN!!!"


Aku menghentikan kegiatan menulisku dan menoleh ke sumber suara, ambang pintu kelas. Hafi berdiri di balik pintu sana, tersenyum lebar sambil melambai ke arahku. Aku balas tersenyum dan melambai ke arahnya.


"Kantin yok!!" teriaknya lagi.


Aku mengangguk. Setelah kumatikan dan kututup notebook-ku dan disimpan di dalam tas, aku melangkah keluar kelas, menghampiri Hafi. Hafi langsung merengkuh leherku dengan sebelah lengannya dan menarikku menjauh dari kelas.


"Nggak baik tauk duduk lama-lama di depan notebook!" Hafi menjitak kepalaku sambil terus menyeretku menelusuri sepanjang koridor.


Aku hanya tertawa sambil berusaha melepaskan rengkuhan Hafi. Gimana bisa aku jalan dengan benar kalau Hafi terus merengkuh leherku di sepanjang koridor sambil menyeretku? Bukankah aku bisa berjalan dengan kakiku sendiri? Uh!


Setiba di kantin, Hafi melepas rengkuhannya padaku. Dia menggaet lenganku dan kembali menarik lenganku untuk mendekati sebuah meja di sudut kantin. Sudah ada Hasan, Adam, dan Bagas duduk disana.


"Lapor!" ucap Hafi setelah kami tiba di meja mereka. Hafi memberi hormat kepada ketiga jenderal yang duduk di hadapannya. "'Lima sekawan' lengkap! Laporan selesai!"


Adam berdiri dari duduknya. Memberi hormat pada Hafi sesaat, lalu kembali berdiri tegak. "Laporan saya terima! Silahkan kembali ke kelas!" balas Adam.


"Wadduhh, gue nggak makan dong?" Hafi melotot, kemudian menatap Adam dengan pandangan terluka, kemudian mulutnya memberengut, kemudian matanya berkaca-kaca, kemudian dia tersendat-sendat, kemudian dia mengambil botol minuman di atas meja, kemudian dia mencuci tangan dengan air tersebut, kemudian dia meneteskan air tersebut pada ujung kelopak matanya, kemudian dia menangis, kemudian dia merengek, kemudian dia mencak-mencak, kemudian dia guling-guling di lantai kantin, dan kemudian dia berdiri dan memberi hormat kepada hadirin yang telah menonton.


Hasan dan Bagas tertawa terpingkal-pingkal di kursinya. Sementara aku menunduk malu, lantaran seluruh pengunjung kantin sedang menonton acara "jayus"-nya 'Lima Sekawan' yang tayang secara live setiap hari Senin-Sabtu di kantin SMA Brawijaya Bogor. Mereka bertepuk tangan sambil bersorak-sorai. Bahkan  para "fans" yang adalah perempuan pun meneriaki nama Hafi sambil menjerit-jerit.


"Terimakasih hadirin semua! Terimakasih banyak!" Hafi membungkukkan badannya berkali-kali, sementara tepuk tangan masih terdengar riuh di telinganya.


Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil. Dosa apa gue punya sahabat kayak Hafi...


* * *


From: Bagas

[JARKOM 5 SEKAWAN] Kumpul di kelas Bagas sepulang sekolah! Rapat penting mengenai pra-UN & pasca-UN!


Aku menutup flap ponsel dan menyimpannya di saku rok seragam. Aku kembali memerhatikan Bu Vidya yang sedang membahas soal UN tahun lalu tentang teori Benzena pada pelajaran Kimia.


Tak sampai satu menit kemudian, ponselku kembali bergetar. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselku. Aku membukanya.


From: Hafi

[JARKOM 5 SEKAWAN] Kumpul di hati Hafi sepulang sekolah! Rapat penting mengenai pra-ketenaran Hafi & pasca-ketenaran Hafi!


Aku menahan senyum. Dasar gila!


* * *


"Ah!" Hafi menjentikkan jarinya, memecah keheningan di kelas 12 IPA 1.


Empat kepala yang berada di kelas tersebut menoleh ke Hafi yang duduk di atas meja di dekat pintu kelas.


"Mending refreshing ke Kebun Raya aja!" usul Hafi dengan mata berbinar-binar penuh harap. "Main bareng sama kuda, gajah, harimau, monyet, goril   "


Ucapan Hafi terhenti karena sebuah spidol langsung melayang ke wajahnya. Hasan yang melemparnya.


"Terlalu deket, tolol! Elo aja, gih, sono main sama gorila! Yang kritis sedikit dong pemikirannya!" ujar Hasan kesal. "Chan, ada ide nggak?"


Aku tersentak. Tak menduga bahwa aku akan dimintai pendapat. Karena biasanya aku hanya bisa menyetujui atau tidak menyetujui saja.


"Gue belom ada ide, San. Mungkin Adam punya." Aku menoleh pada Adam yang duduk di sebelahku. Karena sedari tadi aku melihat Adam sedang berpikir keras. Biasanya usulan dari Adam disetujui oleh teman-teman yang lain.


Adam masih berpikir ketika aku menyuruhnya berbicara. Dan beberapa detik setelah menunggu Adam berpikir, akhirnya ia bersuara. "Camping."


Aku melongo. Hasan melongo. Bagas melongo. Hafi memejamkan mata, dia sedang duduk bertapa di atas meja.


"Berkenalan dengan dunia alam. Liburan secara alami. Camping. Gimana?" tanya Adam.


"Pra-UN atau pasca-UN?" Bagas balik nanya.


"Enaknya pra-UN aja kali, ya. Atau pasca-UN?" kata Adam menimbang-nimbang.


"Camping, ya?" Hasan turun dari bangku guru. Ia melangkah mendekati Hafi, memungut spidol di bawah meja, dan mengetuk kepala Hafi memakai spidol tersebut. Hafi membuka mata dan kembali melanjutkan bertapa. "Kalo kata gue sih, pasca-UN. Jadi, pikiran kita ketika camping udah nggak ke pelajaran lagi. Kita santai, rileks, dan refreshing selayaknya liburan.


"Mengenai pra-UN, ada baiknya kita nggak pergi jalan-jalan atau refreshing, Gas. Gue pikir, kalo kita pergi jalan-jalan pra-UN, kita bakal kepikiran sama pelajaran, jadinya nggak bakal asik liburannya. Ada baiknya sih, mending kita pake untuk belajar bareng. Bukannya diberi waktu libur seminggu supaya dipake untuk belajar dalam menghadapi UN? Kenapa malah mencari kesenangan untuk berlibur? Bukankah lebih baik dipake belajar bareng?" usul Hasan.


"Mantaps, San! Ide lo cemerlang!" Hafi mengacungkan jempol tepat di depan wajah Hasan, hingga jempolnya menabrak tulang hidung Hasan. Refleks, aku tertawa.


Hasan mengenyahkan tangan Hafi. Ia mengusap-usap hidungnya, kemudian menabok kepala Hafi. "Sok setuju aja sih, lo, Haf. Denger aja kagak kan lo? Lagi bertapa juga!" Hasan menarik urat.


Hafi merangkul pundak Hasan. "Sob, walau gue lagi bertapa, telinga gue masih bisa berfungsi untuk mendengarkan. Apalagi lo berdiri tepat di sebelah gue, gimana gue nggak bisa denger, coba?" Hafi cengengesan. Lagi-lagi secara refleks aku tertawa.


Hasan melotot, siap-siap membalas perkataan Hafi. Tapi Bagas menyela.


"Udahlah, San. Nggak usah meladeni orang abnormal. Nggak guna." ujar Bagas. Ketiga kalinya, aku refleks tertawa.


"Kampret!" Hafi merebut spidol di tangan Hasan dan melemparnya ke wajah Bagas.


Kali ini aku benar-benar tertawa. Bahkan Adam ikut tertawa di sebelahku.


"Jadi, gimana nih dengan adanya usulan-usulan dari yang lain. Setuju nggak, pra-UN belajar bareng, dan pasca-UN kita camping."


"Camping? Dimana?" tanya Hafi.


"Masalah camping biar gue yang urus, deh. Ya kan, Chan?" Adam menoleh ke arahku.


Lah, kenapa Adam ngeliatnya ke aku? Aku bingung, tapi mau nggak mau aku mengangguk.


"Oke, FIX!! Rapat selesai dengan keputusan akhir, pra-UN akan ada belajar bareng yang ditanggung oleh Hasan. Dan pasca-UN kita bakal camping yang ditanggung oleh Adam. Info lebih lanjut bakal dikabarin via SMS." Bagas menutup rapat kali ini.


Satu persatu lima sekawan pergi meninggalkan kelas 12 IPA 1.


Masa putih abu-abu adalah masa yang unik. Masa dimana aku menjalin persahabatan yang unik. Persahabatan yang mungkin dapat dikatakan aneh dan tak biasa, tetapi menyenangkan. Aku bahagia pernah menjadi bagian dari lima sekawan. Adam yang berjiwa sosial. Hasan yang berjiwa kritis. Bagas yang berjiwa pemimpin. Hafi si lebay. Dan tentunya aku, Achan si lugu.


* * *


Malam harinya aku kembali membuka notebook-ku. Aku lupa, sampai mana tadi aku menulis, sampai mana tadi aku bercerita. Ah, tentang lima sekawan.


Lucu juga kalau aku memiliki julukan si "lugu". Mengingat sepertinya aku tidak selugu yang mereka bayangkan. Ah, mungkin karena kejadian setahun yang lalu ketika praktikum kimia. Aku dengan lugunya mengeluh kepada Hasan yang setahun lalu menjadi teman sekelasku bahwa api pada spiritus tidak dapat dipadamkan. Ketika Hasan bertanya dimana tutup spiritusnya, aku berkata tak sengaja aku pakai untuk bahan plastik yang akan dilelehkan untuk praktik, karena kupikir barang tersebut tak akan terpakai. Dan Hasan malah tertawa. Ia mengacak rambutku sambil mengatakan 'Achan lugu banget sih' kemudian melanjutkan bahwa barang tersebut dipakai untuk memadamkan api pada spiritus. Tapi ia tidak marah, walau aku telah melenyapkan si tutup spiritus. Ia meminjam tutup spiritus dari kelompok lain untuk mematikan api di spiritus milik kelompokku. Aku lupa kalau tutup tersebut dipakai untuk memadamkan api. Sejak saat itu aku sering mendengar Hasan mengatakan aku dengan sebutan 'lugu'.


Ponsel di atas meja bergetar. Ada pesan masuk. Aku mengambilnya.


From: Adam

Chan, gue udah dpt lokasi buat camping. Bsk temenin gue survey kesana ya.


Baru saja aku memilih reply. Ponselku kembali bergetar menandakan pesan masuk. Aku menunda membalas pesan Adam.


From: Hasan

Chan, bsk bantu gue buat jadwal belajar pra-UN ya, spulang sekolah. Di kelas lo aja. Ok?


Aku terdiam. Kembali mengecek pesan dari Adam. Kenapa isi pesan dari Adam dan Hasan bernada sama? Sama-sama meminta bantuan dariku. Aku jadi ragu untuk membalas pesan dari keduanya. Adam dan Hasan meminta bantuanku besok, dan pada waktu yang bersamaan. Siapa yang harus kupilih?


Aku mendesah panjang. Akhirnya kuputuskan untuk me-reply pesan mereka.


To: Hasan

Ok, San. Tp pas istirahat aja ya? Pulang sekolah gue mau survey tempat camping brg Adam.


To: Adam

Iya, Dam. Jgn lama2 & jauh2 ya.


Kemudian pesan dari Hasan masuk kembali ke ponselku.


Oh, ok.




Bersambung

No comments:

Post a Comment