"Ingin mengenal dunia? Baca! Ingin dikenal dunia? Nulis!"

"Welcome to Dunia Zulfhania".

Monday, December 12, 2011

Kenangan Bersama Ombak

Seorang gadis menyenderkan kepalanya ke bahu laki-laki sambil memandang bintang di langit, ditemani suara deri ombak di hadapannya. Aku sering melihatnya di televisi, namun kini ku merasakannya.


                Keke tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. Ia mengangkat kamera yang menggantung di lehernya. Ia fokuskan pandangannya pada kamera di tangannya itu. Ia membidik pemandangan ombak yang menabrak terumbu karang yang tinggi menjulang itu. Terumbu karang besar itu berhasil memecahkan ombak yang begitu dahsyat tak jauh di hadapannya. Sekali lagi ia membidik pemandangan indah tersebut. Hal yang seperti ini harus diabadikan dalam memori kameranya.

                Ponselnya bergetar. Keke merogoh saku celananya dan membuka flap ponselnya.

                From: Ozy
                Makanan sudah siap :D

             Keke tertawa kecil. Ia memutar kepalanya ke belakang. Dari jarak sejauh ini ia bisa melihat sahabat-sahabatnya telah menunggu di pinggir pantai sana. Ada yang masih sibuk membereskan meja makan, memindahkan makanan dari panggangan ke piring besar, dan ada pula yang masih main pasir-pasiran. Tapi hanya seseorang yang begitu jelas di pandangan matanya. Ialah Ozy. Lelaki yang kini melambai-lambaikan tangannya pada Keke. Ia juga seperti meneriakkan sesuatu agar Keke cepat kembali ke daratan. Keke kembali tertawa kecil. Dasar bocah itu. Selalu saja membuatnya tertawa begini…

                Keke mengacungkan jari telunjuk kanannya ke atas.

                “Satu lagi ya Zy, tangguuuuung…” teriak Keke.

                Tanpa menunggu jawaban dari Ozy, Keke membalik kembali tubuhnya. Ia kembali membidik sebuah pemandangan di hadapannya dengan kameranya. Berkali-kali, lupa bahwa ia hanya meminta memotret satu gambar lagi pada Ozy. Setelah puas, ia kembali ke daratan. Setelah sebelumnya berjam-jam ia habiskan di atas terumbu karang untuk membidik pemandangan ombak.

©©©

                Malamnya Keke beserta lima sahabatnya – Ozy, Alvin, Tiar, Shilla, dan Biya – berkumpul bersama ditemani hangatnya api unggun kecil yang mereka buat. Ditemani Alvin yang memainkan gitar miliknya serta disuguhi kopi hangat, mereka bercanda tertawa bersama menikmati masa liburannya itu.

                “Malam ini benar-benar malam yang bersejarah buat gue. Gue pasti gak akan melupakan malam ini.” kata Keke.

                “Bukan hanya malam ini, menurut gue. Tetapi adalah liburan kali ini, yang akan menjadi liburan yang paling bersejarah buat gue.” Sahut Ozy.

                “Biar malam ini lebih menjadi sejarah, gimana kalo yang lagi pedekate jadian sekarang aja.” Ledek Alvin tak berhenti memetik senar gitarnya.

                Shilla yang duduk di sebelahnya menyahut. “Oh iya tuh bener banget. Ayo dong, yang janji pengen nyatain cinta sekarang.” Shilla memainkan matanya pada Ozy. Yang lainnya ikut tertawa dan menjahili Ozy.

                Keke melirik Ozy yang kini sedang mesem-mesem. “Ada apaan sih? Kok rese banget gak ngasih tahu ke gue? Ozy mau nyatain cinta ke siapa? BĂȘte banget ih, cutau deh gue gak dikasih tahu.” Keke ngambek.

                Spontan kelima sahabatnya,  termasuk Ozy, tertawa.

                “Iyalah gak gue kasih tahu, Ke. Gue kan pengen nyatain cintanya ke elu, masa iya gue kasih tahu. Lagipula kan Cuma kita yang lagi pedekate.” Sosor Ozy langsung, membuat wajah Keke memerah.

                Keempat sahabatnya langsung ricuh mendengar pengakuan Ozy itu. Alvin memainkan senar gitarnya membuat nada lagu Vierra – Terlalu Lama. Sementara Biya, Shilla, dan Tiar menyanyikan lagunya. “Hari ini ku akan menyatakan cinta… nyatakan cinta… aku tak mau menunggu terlalu lama… terlalu lama…” Sorak sorai suara Biya, Shilla, Tiar, dan senar gitar milik Alvin meramaikan malam itu sebelum akhirnya Ozy memulai berkata kembali.

                “Do you want to be my girlfriend? I promise I will make you happy with me.” tembak Ozy.

                Keke tak langsung menjawab. Ia memberikan keheningan dalam kesunyian malam ini. Hanya deru ombak dari kejauhan terdengar samar.

                “Emang kita lagi pedekate Zy?” Ternyata perkataan itulah yang pertama kali keluar dari mulut Keke.

                Yang lainnya langsung tertawa, sementara wajah Ozy memucat. Akhirnya mau tak mau Keke ikut tertawa. Alvin yang tadinya sempat berhenti memetik senar gitar, kini kembali memainkan gitarnya.

                “Mau dibawa kemanaa… hubungan kita… ku tak akan terus jalani… tanpa ada ikatan pasti… antara kau dan aku…” Alvin nyanyi. “Hahaha, emang udah nasib elu, Zy. Ditolak cewek lagi. Hahaha.” Ledek Alvin yang masih terus memetik senar gitarnya.

                “Sialan lu, Vin.” Ozy melempar sendalnya ke Alvin.

                Mereka kembali tertawa. Melupakan peristiwa pernyataan cinta Ozy pada Keke tadi.

©©©

                “Keke belum tidur?”

                Keke menoleh sumber suara. Didapatinya sesosok lelaki yang sedang berjalan menghampirinya. Setelah lelaki itu berada di dekatnya, Keke baru mengenalinya.

                “Belum ngantuk, Zy. Masih pengen motret.” Kata Keke kemudian membidik ombak yang sedang menari di pantai sana dengan latar langit biru kelam.

                “Yaudah gue temenin ya.” Ozy mengambil posisi duduk di sebelah Keke.

                Kini di bawah gelapnya malam yang hanya disinari bintang, duduklah seorang lelaki dan gadis di atas pasir di hadapan besarnya ombak malam di pantai itu.

                “Mengenai pernyataan lu tadi, gue sanggup kok Zy.” Tiba-tiba Keke bersuara, sambil membidik kembali pemandangan ombak di depan sana.

                Ozy menengok. Ada sinar kebahagiaan yang terpancar di matanya. “Demi apa lu Ke?” tanya Ozy terlalu sumringah.

                Keke menurunkan kameranya. Ia juga menengok ke Ozy. “Demi… kian sekilas info.” Katanya, lalu membidik wajah Ozy dengan kameranya. Kemudian tertawa puas setelah melihat hasil bidikannya.

                “Iiiih, Keke jaiiiil……” Ozy menggelitik Keke.

                Dan mereka tertawa bersama. Bercanda bersama. Menikmati malam pertama sebagai sepasang kekasih bersama.

                Keke menyimpan kameranya di antara mereka berdua. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Ozy sambil memandang bintang di langit, ditemani suara deru ombak di hadapannya. Ozy mengelus pelan rambut Keke. Sementara Keke menggenggam erat sebelah tangan Ozy. Ia sering sekali melihat adegan seperti ini di televisi, namun sekarang kini ia merasakannya.

                “Thanks for loving me, Keke.” Ozy mengecup kepala Keke.

                “Me too, Ozy. Thank you.” Kata Keke memejamkan matanya, begitu menikmatinya.



Tamat

No comments:

Post a Comment