Angin bertiup kencang, menerbangkan debu-debu pasir dari arah selatan. Mendadak gue mengucek sebelah mata lantaran pasir yang beterbangan menghalangi mata. Gue memejamkan mata dan menikmati terpaan semilir angin dari belakang. Beberapa menit kemudian, angin berhenti. Dan ketika gue membuka mata, gue melihat seseorang berdiri disana. Tak jauh dari hadapan gue.
Gue mengucek mata. Memerhatikan lebih seksama. Seorang gadis dengan dress putih selutut tanpa lengan berdiri membelakangi gue disana.
Gue masih mengira-ngira siapa yang berdiri disana ketika gadis tersebut memutar tubuhnya dan memandang gue. Dan gue pun terkesiap.
Shania...
Kemudian segalanya berubah menjadi putih. Shania pun lenyap dari pandangan.
* * *
Sonya membuka pintu ruangan dansa dan saat itu juga ia mendesah kecewa. Belum ada siapapun disana. Lagi-lagi ia datang paling awal. Atau terlalu awal?
"Sonya?" Sebuah suara yang sangat dikenalnya terdengar dari balik punggungnya.
Sonya membalik.